Friday, July 22, 2011

Naoko Kasai : Mengenal Islam Lewat Perrgaulan

imageSaya lahir di Jepang pada tanggal 25 Maret 1970. Orang tua saya memberi saya nama Naoko Kasai. Sebagaimana orang tua, mereka mendidik saya dengan baik. Tugas saya hanya belajar dan belajar, setelah itu bekerja. Karena demikian tegasnya sikap orang tua, saya akhimya dapat mengenyam pendidikan tinggi di Universitas Meiji. Setelah lulus saya bekerja sebagai wartawan pada sebuah penerbitan khusus bidang pertanian.

Dari pekerjaan sebagai wartawan itulah, saya mulai banyak bergaul dengan beragam karakter manusia dari berbagai bangsa, mulai mahasiswa yang sedang belajar sampai para pekerja asing yang bekerja di kota-kota Jepang.

Suatu ketika saya datang ke Universitas Tokyo. Di sana saya bertemu danberkenalan dengan seorang mahasiswa yang berasal dari Turki. Awal perkenalan itu hanyalah berbincang-bincang soal biasa. Karena hampir setiap minggu kami bertentu, pembicaraan pun kian melebar ke hal-hal yang serius, seperti masalah agama.

Mahasiswa Turki tersebut adalah seorang muslim. Sedangkan, saya anak seorang penganut Shinto (sebuah sekte agama Budha yang berkembang di Jepang). Karena saya seorang wartawan maka rasa keingintahuan saya pada Islam begitu kuat. Di dalam negeri saya sendiri, Islam tidak begitu dikenal. Yang ada hanya Shinto sebagai kepercayaan dan Kristen sebagai agama. Itu pun tidak begitu taat dianut masyarakat.

Saya ingin mahasiswa Turki itu bercerita banyak mengenai Islam yang sesungguhnya. Sebab, saya dan kaum muda Jepang lainnya, sangat menggandrungi kebudayaan Amerika. Dari kebudayaan Amerika yang merasuk pada berbagai sektor kehidupan, tersebar informasi yang mengatakan bahwa agama Islam adalah agama kaum teroris dan masyarakat yang terbelakang.

Mahasiswa Turki itu bercerita tentang Tuhan, yang oleh umat Islam disebut Allah, dan Nabi Muhammad SAW sebagai utusan-Nya, serta pokok-pokok ajaran Islam lainnya. "Apakah benar Tuhan itu ada?" tanya saya menggebu-gebu. Mahasiswa Turki itu menjawab, "Tuhan itu ada." la sangat meyakininya. Sebagai seorang muslim, ia pun melaksanakan ibadah shalat di mana pun ia berada. la pun meluruskan pandangan saya yang negatif tentang Islam akibat propaganda orang-orang Barat.

Tertarik Kepada Islam

Dari cerita mahasiswa Turki itu, saya makin tertarik. Terus terang, masyarakat Jepang jarang bercerita tentang agama. Dan informasi mengenai agama lain pun kurang terdengar, apalagi Islam. Justru yang selalu mereka dengungkan adalah belajar, belajar, dan bekerja. Agama bukanlah hat yang pokok. Shinto hanya sebuah kepercayaan yang dianut oleh masyarakat Jepang yang dijadikan kepercayaan negara. Oleh sebagian kaum tua Jepang, kepercayaan Shinto masih tetap hidup. Misalnya, ketika panen melimpah, mereka melakukan upacara untuk mengucapkan terima kasih pada Dewa Inori (dewa pertanian). Tapi kini, kepercayaan Shinto sudah dianggap keno dan tergusur oleh kemajuan zaman.

Islam yang diceritakan oleh teman Turki saya itu, telah menimbulkan rasa simpati dalam diri saya. Saya kagum dan terkejut. Katanya, Islam sudah mendunia (dianut oleh masyarakat dunia) dan Islam berbicara melintasi alam dunia (akhirat). Dari sinilah saya tak bisa tidur, Saya gelisah.

Akhimya saya putuskan belajar untuk mengetahui tentang Islam lebih lanjut. Lalu, saya mendatangi Islamic Center of Japan. Di sana Saya membaca buku terjemahan dari bahasa Arab mengenai hal-hal yang mendasar dalam Islam, seperti shalat, puasa, dan sebagainya. Oleh pengurus Islamic Center, saya diberi buku-buku secara gratis.

Tapi, itu pun kurang memuaskan rasa ingin tahu saga tentang Islam. Saya pun mulai bergaul dengan para pekerja asal Indonesia, yang rata-rata beragama Islam. Pergaulan saya dengan para pekerja Indonesia inilah yang membuat saya mulai tertarik datang ke Indonesia. Saya ingin tahu masyarakat Islam di Indonesia. Tapi, saya masih perlu belajar lebih jauh tentang Islam.

Tidak terasa, sudah tiga tahun saya mengenal Islam. Hati kecil saya menvatakan agar saya memeluk agama Islam. Namun timbul keraguan, karena pengetahuan saya tentang Islam masih kurang.

Masuk Islam

Alhamdulillah, taufik dan hidayah Allah itu akhirnya datang juga kepada saya. Pada bulan Mei 1997, di sebuah masjid di daerah Jakarta Timur, saya mengikrarkan diri menjadi seorang muslimah. Saya mengucapkan dua kalimat syahadat. Saya pun mengganti nama menjadi Naoko Nani Kartika Sari.

Perihal keislaman saya, sengaja tidak saya beritahukan kepada prang tua. Karena sava khawatir, informasi mengenai Islam yang negatif masih mempengaruhi ibu saya. Tapi akhirnva beliau saya beritahu juga. Syukurlah, sikap ibu tidak seperti yang saya duga. Ibu tidak terpengaruh pada informasi itu. la juga tidak marah. Ia menanggapinya biasa-biasa saja.

Setelah menjadi seorang muslimah, saga mulai belajar shalat dan ibadah lainnya. Pertama kali shalat, sava merasakan kedamaian dan ketenangan. Islam membuat jiwa saya tenang dan damai. Apalagi kini saya berada di negara yang mayoritas beragama Islam.

Saya menikah dengan warga negara Indonesia dan kini tinggal di Indonesia. Dari pernikahan ini, saya mengakui tidak dapatbelajar banyak mengenai Islam dari suami sava. Untuk mendalami ajaran Islam dengan segala aspeknya, sava belajar dari ibu angkat sava, Ibu Maini namanya.

Dari beliaulah saya merasakan ketenangan beragama. Beliau sangat sabar membimbing saya. Saya dibimbingnya berpuasa pada bulan Ramadhan, shalat tarawih, dan shalat Idul Fitri, dan ibadah-ibadah lainnya. Misalnya, pada Idul Adha kemarin, saya dibimbing untuk berkurban dengan satu ekor kambing.

Inilah kegiatan keagamaan yang terasa dalam hati sanubari sava. Saya bersyukur, walau jauh dari tanah kelahiran, namun pengamalan nilai-nilai ibadah mendapat bimbingan dari saudara-saudara seiman. Lewat pergaulan antarumat manusialah yang membuat mata batin sava terbuka dan menemukan Islam sebagai agama. (http://www.mualaf.com)

1-16-11, Ohara, Setagaya-Ku,Tokyo 156-0041
Tel: 03-3460-6169, Fax: 03-3460-6105
E-mail islamcjp@islamcenter.or.jp

1 comment: