Thursday, April 14, 2011

Bilal Philips, Mantan "Dewa Gitar" yang Membuat Ribuan Tentara AS Masuk Islam

Nama Bilal Philips sedang menjadi pembicaraan di kalangan parlemen dan politisi Denmark, terkait rencana kedatangan cendekiawan muslim itu ke Denmark untuk menjadi pembicara dalam konferensi yang digelar organisasi pemuda komunitas muslim di Denmark.

Sejumlah anggota parlemen dan politisi di negeri itu merasa resah dengan rencana kedatangan Philips karena menganggap Philips adalah seorang tokoh muslim garis keras. Negara Inggris dan Australia, memang melarang Philips masuk ke kedua negeri itu, karena ceramah-ceramah keagamaan Philips yang dinilai menghasut orang untuk melakukan kekerasan.

Philips dalam salah satu rekaman video ceramahnya juga pernah mengatakan bahwa penyakit AIDS adalah hukuman tuhan untuk para homoseksual dan ia mengusulkan hukuman mati bagi kaum homoseksual. Di rekaman video lainnya, Philips membela aksi bunuh diri, dan menyebut serangan bunuh diri sebagai senjata perang yang sah.

Siapa sebenarnya Bilal Philips yang bergelar doktor itu dan apa latar belakangnya sehingga ia dicap sebagai cendikiawan muslim garis keras oleh negara-negara Barat?

Mantan "Dewa" Gitar

Perjalanan hidup Philips atau lengkapnya Doktor Abu Ameenah Bilal Philips hingga menjadi seorang cendekiawan muslim yang cukup disegani saat ini, ternyata sangat menarik. Pria kelahiran Jamaika dan besar di Kanada itu, adalah seorang mualaf dan sebelum menjadi seorang muslim, ia berprofesi sebagai musisi atau tepatnya seorang gitaris profesional.

"Ketika saya kuliah di Universitas Simon Frasier di Vancouver, Kanada, saya memainkan gitar dalam pertunjukan musik di klub-klub malam. Ketika saya tinggal di Malaysia, saya tampil di panggung-panggung dan dikenal sebagai Jimmy Hendrix-nya Sabah di Malaysia Timur," tutur Philips pada Gulf Today.

"Tapi, begitu saya menjadi seorang muslim, saya merasa tidak nyaman melakukan itu semua, dan saya memutuskan berhenti main musik secara pribadi maupun secara profesional," lanjutnya.

Philips memutuskan masuk Islam pada tahun 1972. Proses masuk Islamnya pun terbilang cukup singkat, hanya enam bulan saja setelah membaca buku-buku Islam dan berdiskusi tentang Islam.

Setahun setelah mengucapkan dua kalimat syahadat, Philips mendaftarkan diri ke jurusan studi Islam di Universitas Islam Madinah, Arab Saudi.

"Saya ingin belajar Islam dari sumber-sumber klasiknya, dan bukan mengambil dari praktik-praktik budayanya," kata Philips.

Ia lalu melanjutkan pendidikan ke Universitas Riyadh. Sambil menyelesaikan kuliah untuk meraih gelar MA-nya, Philips menjadi menyiapkan dan menjadi pembawa acara "Why Islam" di stasiun televisi Saudi, Channel Two. Acara itu berupa program wawancara dengan para mualaf dari berbagai latar belakang, untuk mengetahui alasan mereka memilih masuk Islam.

Ia juga melakukan riset dan menuangkannya dalam buku-bukunya antara lain berjudul "Polygamy in dalam Islam" dan "Fundamentals of Islamic Monotheism".

Mengislamkan Tentara AS

Setelah berhasil meraih gelar MA-nya, Philips bekerja di departemen agama markas besar Angkatan Udara Arab Saudi di Riyadh. Saat itu sedang pecah "Perang Teluk" dan tugasnya adalah mengajar tentang agama Islam pada pasukan AS di basis-basis militer mereka di Bahrain dan di provinsi bagian timur Arab Saudi.

"Karena gambaran tentang Islam begitu terdistorsi di AS, saya dan lima orang Amerika lainnya, setelah Perang Teluk, selama lima setengah bulan terlibat dalam proyek untuk menghilangkan keraguan terhadap agama Islam pada sekitar setengah juta pasukan AS yang ada di kawasan Teluk. Hasilnya, lebih dari 3.000 tentara AS yang akhirnya masuk Islam," ungkap Philips.

Ia kemudian pergi ke AS untuk membantu memberikan bimbingan rohani bagi para tentara yang baru masuk Islam. Dengan bantuan organisasi "Muslim Members of the Miltary (MMM)", Philips menggelar berbagai konferensi dan kegiatan yang berhasil mendesak militer AS untuk membangun fasilitas-fasilitas mushola di seluruh basis-basis militernya. Pemerintah AS juga berkewajiban untuk meminta komunitas Muslim mengajukan kandidat ulama yang akan menjadi pembimbin rohani bagi tentara yang muslim di kemiliteran AS.

"Beberapa tentara Perang Teluk yang masuk Islam, pergi ke Bosnia untuk memberikan pelatihan pada rakyat Bosnia dan ikut berjuang bersama mereka melawan kekejaman tentara Serbia," ujar Philips.

Membentuk Pusat Informasi Islam

Setelah tinggal di AS, Philips pindah ke Philipina dan memberikan kuliah di berbagai tempat di Mindanao. Ia menekankan pentingnya sistem pendidikan yang Islami bagi umat Islam dalam setiap ceramah dan kuliahnya, sehingga mendorong didirikannya Universitas berbasis Islam di Cotobato City. Di universitas ini, ia membuka jurusan studi Islam sampai level untuk mendapatkan gelar MA dan menyiapkan tenaga guru-yang berorientasi pada Islam.

Tahun 1994, Philips imigrasi ke Uni Emirat Arab atas undangan Syaikh Salim Al-Qasimi dan bergabung dengan lembaga amal Dar Al Ber di Dubai. Philips juga membentuk Pusat Informasi Islam yang sekarang dikenal dengan nama "Discover Islam" di Karama. Pusat informasi dibuat untuk meluruskan pandangan-pandangan yang salah tentang Islam. Ia dibantu oleh para mualaf dari dari berbagai negara seperti Uthma Barry asal Irlandia, Ahmed Abalos asal Philipina dan Abdul Latif dari Kerala, dalam mengelola pusat informasi itu.

"Dalam kurun waktu lima tahun setelah dibentuknya Pusat Informasi Islam, sekitar 1.500 orang dari Amerika, Australia, Inggris, Rusia, Cina, Jerman, Philipina, Sri Lanka, India dan Pakistan, masuk Islam di Pusat Informasi ini," kata Philips.

"Alasan mereka masuk Islam karena frustasi dan rasa tidak puas, selain kebutuhan akan landasan rasional dan spiritual yang kuat. Beberapa di antara mereka masuk Islam, karena menikah dengan muslim dan yang lainnya memilih masuk Islam karena terdorong rasa ingin tahu mereka tentang Islam dan muslim," jelas Philips.

Setelah sukses mendirikan Pusat Informasi Islam, ia membentuk sebuah departemen percetakan Dar Al Falah untuk menerbitkan literatur-literatur Islam dalam berbagai bahasa untuk memberikan edukasi tentang ajaran Islam bagi masyarakat non-bahasa Arab.

Dari seluruh kegiatan dakwahnya menegakkan agama Allah, saat-saat yang paling membahagiakan dalam hidup Philips adalah ketika kedua orangtuanya, dalam usia 70-an tahun akhirnya juga menerima Islam sebagai agama mereka. Kedua orangtua Philips yang sudah terbiasa hidup di lingkungan masyarakat Muslim di berbagai negara, antara lain Nigeria, Yaman dan Malaysia memilih masuk Islam setelah mereka menyaksikan bagaimana rusaknya kehidupan masyarakat di Amerika.

Sampai sekarang, Bilal Philips masih aktif dalam dunia pendidikan. Ia mengajar sejarah Islam dan studi Hadis Rasulullah Saw. (ln/berbagai sumber)

Yusuf Islam (Cat Stevens) : Bagaimana saya memeluk Islam

Yusuf Islam : Bagaimana saya memeluk Islam

Nama : Cat stevens. Setelah memeluk agama islam ia bernama YOUSEF ISLAM. Lahir di London, dijantung kota Inggris. Terlahir di zaman telah adanya tehnologi canggih dan di negara modern yg. terkenal di dunia. Dari lingkungan yg. demikian itu. saya tumbuh dan hidup. Pendidikan saya selesaikan di sekolah2 Katholik .

Saya memahami benar ajaran kehidupan dan ajaran agama kristen. Saya mengimani adanya Tuhan, Isa almasih. takdir, jalan yg. baik dan buruk. Gereja banyak mengajarkan dan menekankan pd. saya untuk percaya kpd. Allah, sedikit pd. Isa Almasih dan mengurangi sedikit dari kepercayaan pd. roh kudus .

Pd. waktu itu kehidupan di sekitar saya masyarakatnya berfikiran sempit dan picik . Mereka waktu itu banyak mengajarkan pd. generasi semasa saya bahwa kekayaan adalah suatu kehormatan dan hak yg. hakiki sedang kemiskinan adalah suatu kekalahan yg. total dan memalukan.

MENCIPTA FALSAFAH HIDUP SENDIRI

Kami mencontoh Amerika yang mana kami beranggapan bahwa Amerikalah suatu lambang kekayaan yg. nyata dan negara2 dunia ke 3 adalah sbg. Contoh dari kemiskinan, kesengsaraan, keterbelakangan, kebodohan dan kesesatan. Dikarnakan ini, saya mencari jalan untuk menjadi kaya agar dapat hidup bahagia.

Kemudian saya menciptakan falsafah hidup yaitu : Antara kehidupan tidak ada hubungannya dengan agama. Dan saya jalankan falsafah ini.

MULAI MENCARI JALAN HIDUP

Mulailah saya mencari jalan untuk hidup sukses. Dan ketika itu cara yg. paling murah adalah mempunyai gitar.

Kemudian saya membelinya dan mulailah menciptakan syair dan iramanya, melalui gitar. Melesatlah saya dari sekian penyanyi2 yg. ada. Ini saya lakukan tepat setelah saya bernama CAT STEVENS.

Saat itu umur saya 18 thn. Dan telah mencetak 8 album lagu . Mulailah saya melakukan show dan mengumpulkan banyak ketenaran dan kekayaan, hingga sampai pd. puncaknya. Saya yg. pd. waktu itu ada di puncak ketenaran dan kejayaan, sering melihat keadaan yg. dibawah, saya takut jatuh . Maksud saya takut kehilangan semua Sejak itu mulailah ada rasa tak tenang dan was-was dalam jiwa saya. Dan sejak itu pula mulainya saya menenggak minuman botolan setiap hari . Maksud saya minuman inilah yg. memberi semangat dalam karier dan hidup saya. Waktu itu saya merasa sepertinya semua org. memakai topeng . Mereka sudah pasti adalah orang2 munafik hingga bisa menjual untuk mendapatkan keuntungan agar tetap hidup.

Saya merasakan semua ini adalah sesuatu yg. merugikan dan kejam . Sejak saat itu mualai membenci kehidupan saya sendiri. Mulailah saya menjalani hidup menyendiri. Dan sejak itu jiwa saya terasa sakit tak terkendalikan dan benar-benar jiwa saya dalam keadaan sakit . Kemudian, saya dipindahkan kerumah sakit dan ternyata saya terdapat mengidap penyakit batuk TBC. Selama tinggal dirumah sakit, mereka telah banyak memberi kebaikan pd. saya dikarnakan banyak mengajarkan pd. saya menuju cara untuk berfikir secara positip.

Ketika itu ada datang perasaan beriman kepada Tuhan. Tetapi gereja tak mengajarkan secara jelas siapa Tuhan itu sebenarnya. Dan lumpuhlah fikiran saya untuk mengetahui siapa Tuhan dan apa itu Tuhan yg. pernah disebut-sebut digereja dulu.

Ketika itu pemikiran saya masih gelap . Mulailah berfikir untuk mengalihkan kehidupan ke suatu cara hidup baru. Waktu itu saya muali membaca kepercayaan dan Timur (kurang jelas apa maksudnya.pen). Dan waktu itu saya mencari ke dunia yg. nyata. Datanglah suatu perasan pd. saya suatu tujuan tetapi saya tak memahami apa tujuan yg. datang pd. saya saat itu. Secara tak saya sadari, saya duduk menyendiri dalam lamunan yg. panjang.

Mulailah berfikir untuk mencari kebahagiaan yg. tak pernah saya dapatkan dari kekayaan yg. saya dapatkan atau kejayaan dan kemashuran yg. pernah saya raih atau pula dalam kehidupan gereja .

MULAI MEMELUK AGAMA BUDHA

Mulailah saya memeluk agama Budha dan ajaran pemikiran cina. Belajar memahaminya dgn perkiraan saya kemungkinan kebahagiaan inilah yg. akan menunjukkan isyarat untuk kejadian pd. esok hari agar dapat menghindar dari suatu kerugian atau kehancuran atau kejahatan. Mulailah saya menjadi seorang yg. berserah kpd. keadaan dan mempercayai pd. bintang-bintang. Saya juga percaya para peramal. Tetapi semua ini ternyata omong kosong belaka.

MENJADI KOMUNIS

Pindah dan masuklah saya menjadi seorang yg. berfaham komunis. Logika saya menduga kebahagiaan akan terwujud jika kekayaan dibagi rata ke seluruh manusia di dunia ini. Tetapi saya merasakan faham komunisme ini tidak selaras dgn. Naluri kemanusiaan saya yaitu tidak adanya keadilan . Yang adil adalah yg. berhak atas sesuatu setelah ia mendapatkannya dari jerih payahnya. Bukannya setelah bersusah payah mendapatkan hasilnya kemudian larinya kpd. org. yg. tak bersusah payah, untuk mendapatkan itu.

Beberapa waktu kemudian saya berkeputusan bahwasanya tidak adanya ajaran atau kepercayaan sbg.jawaban yg. saya temukan dan yg. menjelaskan pd. saya sbg. Suatu kenyataan dimana saya selama ini dalam pencarian untuknya. Berputus asalah saya, sebab waktu itu saya belum mengetahui Islam.

KEMBALI MASUK GEREJA

Kemudian kembali pd. kepercayaan saya semula ke gereja. Dikarnakan semua ajaran itu adalah kosong belaka dan gereja masih lebih baik dari semua yg. pernah saya temukan selama dalam pencarian waktu itu.

Kembali lagi pd. dunia musik dan mulai dari bawah lagi, dgn. Menetapkan hati bahwasanya inilah agama saya dan tidak ada agama lain. Dan berusahalah saya dgn. Ikhlas hati pd. agama ini dgn. Berusaha untuk memperbaiki musik agar menjadi sesuatu yg. terbaik. Saya ambil satu keputusan dari ajaran gereja, yaitu : Jika ingin mencapai kedudukan spt. Tuhan maka berusahalah untuk ikhlas menyelesaikan suatu pekerjaan.

HADIAH AL QURAN ASAL MULA

Pd. thn. 1975 terjadinya keajaiban yaitu kakak saya yg. tertua memberi hadiah berupa Al-qur‘an. Dan hadiah itu hingga saya jalan-jalan ke Quds / Yerussalem (Palestin) tetap ada. Sejak dari sinilah saya mulai serius pd. Al-qur‘an pemberian dari kakak saya ini.

Saat itu saya tak memahami isi dan maksud dari Qur‘an tsb. Dari sinilah saya mulai mencari penterjemah untuk menterjemahkannya pd. saya dan menjelaskan apa maksud darinya. Sejak itu mula pertama kalinya saya berfikir ttg. Islam. Islam dalam pandangan org2 barat adalah faham rasialis dan muslimin adalah org. asing dari Turki dan Arab walaupun mereka adalah warga negara di Eropa. Orang tua saya asli dari Yunani. Orang Yunani sangatlah membenci orang Turki muslim. Seharusnya saya membenci agamanya org. Turki yg. sbg. Warisan dari turunan mereka, tetapi saya melihat dan memperhatikan pd. ayat2 dalam Al-qur‘an terjemahan tidak ada larangan untuk mengetahui isi dari Qur‘an itu sendiri.

KATA BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM YANG BERPENGARUH KEPADA JIWA

Lembaran pertama pd. Al-qur‘an ketika saya buka, tercantum jelas dgn nama Allah dgn lanjutannya adalah maha pengasih lagi maha penyayang. Kalimat ini sangatlah berpengaruh pd. jiwa saya . Setelah itu terbaca surat Alfatihah yg. artinya Pembukaan pd. al-kitab (Al-qur‘an), (Alhamdulillaahirrabbil‘alamin, yg. artinya semua bersykur pd. Allah saja, pencipta alam semesta dan Tuhan semua makhluk).

Pd. saat membaca kalimat ini, perasaan diri dan jiwa ini terasa amatlah kecil dan lemah dihadapan Allah SWT. Hal ini disebabkan dulu mereka mengajarkan bahwa Allah adalah satu dan terbagi menjadi tiga . Bagaimana terjadinya ? saya tak tahu ! Mereka juga mengatakan bahwa Allah kaum nasrani lain dgn. Allahnya kaum Yahudi.

Selebihnya Qur‘anul karim adalah ibadah kpd. Allah yg. Esa. Tuhan semesta alam. Dan Qur‘an menegaskan bahwa Allahlah yg. Tunggal Tuhan semesta alam . Juga menegaskan bahwa Allah sendirilah yg. menciptakan Alam semesta ini tanpa bantuan dari siapapun dan tanpa membagi kekuasaan-nya pd. siapapun . Hal ini adalah sesuatu yg. baru bagi saya.

Saya memahami (sebelum mengenal Al-qur‘an) bahwa disitu ada pemahaman / kecocokan,kekuatan/kemampuan dan keajaiban. Tetapi sekarang dgn. Pemahaman Islam bahwa Allah adalah maha Tunggal dan maha berkehendak dan maha berkuasa atas segalanya, bersamaan dgnnya adalah keimanan yaitu iman kpd Hari akhir dan kehidupan setelah hari akhir sbg. Tujuan hidup yg. utama dan kekal selama2nya .

Dan juga, manusia bukanlah terbentuk perbandingan besar dari daging yg. pd. suatu hari akan berganti menjadi debu, spt. Para ahli biologi mengatakannya. Tetapi yg. pasti adalah segala sesuatu pekerjaan yg. menentukan keadaan pd. kehidupan ini yg. pasti akan menentukan kehidupan di hari akhir .

AL QURAN YANG MENUNJUKKAN PADA ISLAM

Qur‘anul karim yg. menunjukkan saya pd. islam. Dan saya menyetujui petunjuknya. Semua bermula dari gereja yg. telah menghancurkan saya yaitu yg. mengaitkan saya pd. kesengsaraan dan kepedihan. Dari dialah yg. membawa saya kpd. Al-qur‘an . Disebabkan tidak adanya jawaban yg. saya dapatkan dari pertanyaan yg. timbul di jiwa sebelum ini .

Qur‘an adalah sesuatu yg. asing. Tidak sama dgn. Kitab-kitab yg. ada. Didalamnya tidak adanya pragraf atau alenia atau penjelasan spt. Yg. terdapat pd. kitab-kitab lainnya yg. ada. Pd. Qur‘an tidak tercantum nama pencatat atau penulisnya . Dari sini saya yakin dan percaya ini adalah wahyu Allah kpd. seorang rosul utusan-Nya

PERBEDAAN AL QURAN DENGAN INJIL

Disini terlihat juga perbedaan dgn. Injil , yg. berbeda-beda penulis danpencatat dan banyak perbedaan pula dalam kisah2. Saya telah berusaha mencari kesalahan pd. Qur‘an tetapi, disana tak saya temukan, walau berupa kesalahan kecil . Semua kalimat dan maksudnya tersusun rapi tidak ada yg. bertentangan satu sama lainnya dan bersamanya menyatakan bahwa Allahlah yg. maha Esa. Sejak itu mulailah saya memahami apa itu islam. Al-qur‘an bukan satu utusan saja, tetapi semua nabi2 yg. pernah diutus Allah ada didalamnya yg. dikasihi dan tinggi derajatnya di sisi-Nya. Tidak ada yg. dibedakan diantara mereka .

Ini adalah suatu pemahaman yg. masuk akal . Seandainya kamu mengimani pd satu nabi tanpa mengimani yg. lainnya sama artinya menghancurkan risalah/ ajaran/ pesan2 dari ajaran-Nya . Sejak ini saya memahami pertalian hidup dan kehidupan sejak adanya kehidupan didunia ini , yaitu dari adanya sejarah dunia bahwa manusia ada dua golongan yaitu golongan yg. beriman dan golongan yg. kafir.

AL QURAN MENJAWAB SEMUA PERTANYAAN

Qur‘an telah menjawab semua pertanyaan saya selama ini. Dari sini saya merasakan adanya kebahagiaan. Kebahagiaan ini datangnya setelah mendptkan kenyataan yg. hakiki.

Setelah membaca dan memahami secara lengkap dari Al-qur‘an selama 1 tahun . Mulailah saya mencari cara dari mana saya untuk memahami isi Qur‘an ini. Setelah itu, saya merasakan bahwa hanya saya sajalah seorang muslim di dunia ini.

Kemudian saya berfikir, bagaimana saya seharusnya menjadi seorang muslim yg. benar-benar muslim. Lalu saya pergi kemasjid di London dan berserah diri pd. Islam, dgn membaca kesaksian bahwa tidak Tuhan selain Allah dan Mhammad bahwasanya seorang hamba dan utusan Allah.

Sejak itu saya meyakini bahwa jalan yang saya pilih adalah ajaran yg. berat dan ini bukanlah kalimat yg. ringan sbg. tanggung jawabnya dan sbg. Jawaban darinya untuk menyelesaikan tugas sbg. Muslim. Sptnya saya baru terlahir kembali. Dan saya mengetahui jalan yg. saya tempuh sama spt. Saudara seiman lainnya.

Saya tak pernah bertemu dgn. Mereka. Dan jika saya bertemu dgn muslim lainnya yg. berusaha menunjukkan pd. saya ttg. Islam tak pernah saya hiraukan . Semua ini di sebabkan kebanyakan nafsu diri dari muslimin telah menguasai mereka. Dan pengaruh negatip dari pemberitaan dunia barat dan juga pengaruh negatip dari pemberitaan negara2 muslim yg. meng-kaburkan hakiki adanya ajaran islam, yg. mana mereka banyak mendukung pd. orang2 atau golongan atau gerakan yg. merendahkan islam.

Kesemuanya ini melumpuhkan kebaikan dari rakyat mereka yg. artinya berniat menghancurkan akhlak dan kehidupan kemanusiaan muslimin mereka sendiri .

MEMPELAJARI KEROSULAN MUHAMMAD SAW

Unsur utama islam yg. saya ambil dari Al-qur‘an, setelah itu saya mulai mempelajari ttg. Kerosulan Muhammad SAW. Yg. mana jalur dan sunnahnya mengajarkan muslimin yg. intinya dari unsur islam .

Sejak itu saya mengetahui jalur yg. maha berharga dalam kehidupan adalah rosullah SAW dan Sunnahnya. Tanpa saya sadari lupalah saya pd. musik. Suatu hari saya tanyakan pd. saudara saya (seiman). Apakah saya boleh melangsungkan kehidupan dalam musik ? Saudara saya itu menasehatkan untuk berhenti. Katanya,” Musik akan mengambil waktumu untuk berzikir kpd.Allah, dan ini adalah sesuatu yg. amat berbahaya bagimu .”

Saya melihat anak2 muda meninggalkan keluarga mereka dan hidup untuk musik dan lagu. Ini didalam islam sangat dilarang dan islam meyakinkan bahwa kekuatan ada pd. lelaki muslim. Sejak itu, semua harta kekayaan yg. saya miliki, saya serahkan untuk DAKWAH ISLAM. (R. Shahrir)

Friday, April 8, 2011

Dr. Antonius S Kumanireng : Apakah Yesus datang utk menebus dosa-dosa manusia ?

Nama saya Antonius Sina Kumanireng, kerap disapa Anton Sina. Saya anak kedua dari lima bersaudara yang lahir di tengah-tengah keluarga penganut Kristen Katolik yang masih sangat ketat mengamalkan ajaran agama. Ayah saya, Kumanireng, salah seorang pastor sekaligus anggota DPRD Tk. II Kab. Ende, Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT). Tempat kelahiran saya mayoritas penduduknya beragama Kristen, termasuk seluruh keluarga saya.

Sejak kecil, saya telah dipersiapkan menjadi calon pendeta yang diharapkan menjadi penyebar agama di kampung halaman. Karena itu, saya pun sejak kecil bekerja sebagai tukang pukul lonceng gereja. Meskipun ayah saya terbilang penganut Kristen yang ketat, namun sejak kecil saya sering memberontak terhadap keluarga dan para pastor.

Saya kerap melemparkan pertanyaan kepada para pendeta, meskipun mereka sering memberikan jawaban yang tidak memuaskan. Dan kekecewaan itu, saya terus mencari kebenaran lewat gereja. Suatu ketika saya ikut kebaktian di gereja. Tba-tiba hati saya yang gundah menjadi tenang. Tapi, ketika keluar dari gereja hati saya kembali bimbang dan kacau. Bahkan, menyebabkan saya bertengkar dengan saudara saya di rumah. Maklum, keluarga saya termasuk keluarga yang kacau.

Saya sendiri tak paham betul, apa sesungguhnya yang menyebabkan keluarga saya berantakan. Padahal, tiap hari keluar-masuk gereja. Saya sendiri bahkan terlibat minum-minuman keras. Hati saya terus bertambah kacau. Akhirnya, saya mencari kebenaran di luar rumah.

Suatu ketika, saya ditawari pastor untuk belajar ke Roma, Italia, atas beasiswa dari Belanda. Saya menolak tawaran itu dengan alasan ingin belajar di negeri sendiri. Saya terus mencari kebenaran karena keluarga saya telah berantakan. Saya membuka Alkitab Injil, lalu saya temukan Matius 26:20-25 yang berbunyi, “Yesus datang untuk menebus dosa-dosa manusia.”

Saya terus membaca dan mengkaji, kesimpulan saya bahwa Yesus sendiri tak mau mati menebus dosa manusia. Sementara itu, saya terus mengkaji ayat-ayat Injil yang selalu menimbulkan pertentangan antara ayat satu dan lainnya. Berkat ketekunan mempelajari sejarah dan pergaulan saya dengan teman teman muslim serta setiap akan memakan babi saya muntah, maka saya bertambah yakin untuk tidak makan daging babi.
Masuk Islam

Semua itu rupanya petunjuk langsung dan Allah agar saya segera kembali ke agama yang sejati. Saya masuk Islam, dan kemudian saya ganti nama menjadi Abdul Salam. Semua keluarga termasuk ayah tak setuju, bahkan menjauhi saya.

Saya terus belajar tentang Islam. Saya pun mempelajari tasawuf. Akhirya, cita-cita saya terwujud mempelajari tasawuf setelah saya masuk Perguruan Isbatulyah yang mengajarkan kepada saya soal syariat dan makrifat Islam. Orang yang paling berjasa terhadap diri saya dalam mempelajari Islam adalah almarhum Usman Effendi Nitiprajitna. Saya terus mempelajari ilmu kebatinan dari guru saya itu.

Alhamdulillah, saya telah menjadi seorang muslim, kendati saya disingkirkan dari seluruh keluarga. Alhasil, saya menanti seluruh keluarga saya agar mau terbuka dan bertanya kepada saya mengapa saya memilih masuk agama Islam. Namun, sampai kind, tak ada yang mau menemui saya.

Saya siap menjelaskan semuanya. Saya bangga masuk Islam karena Islam mengajarkan umatnya untuk tolong menolong. Meskipun istri saya masih tetap beragama Kristen, namun saya tetap melaksanakan shalat. Antara tahun 1970-1973, saya mendapat beasiswa untuk belajar ke Universitas Yokohama Jepang. Alhamdulillah, ke yakinan saya justru semakin kokoh setelah saya bergaul dengan orang-orang Jepang. Padahal, dulunya, saya termasuk peminum berat alkohol. Tapi, sesudah menjadi muslim, saya pun meninggalkan kebiasaan buruk itu.

Setelah berhasil menyelesaikan studi di Jepang dengan gelar doktor kimia, saya mendapat tawaran kerja dari ITB dan beberapa perusahaan besar di Tanah Air. Namun, saya lebih senang memilih Universitas Hasanuddin Makassar, karena PTN itulah yang pertama kali menawarkan aku mengajar.
Bersyukur

Oh ya, saya mempunyai tiga orang anak. Namanya Yuliana, Elizabeth, dan Isa. Saya memberikan kebebasan kepada anak-anak saya untuk memilih agama yang mereka anggap paling benar. Anak saya yang bungsu berkata kepada saya, ia tak akan masuk Islam apa pun yang terjadi. Setelah melewati waktu cukup panjang dalam memberikan pemahaman yang benar tentang Islam, akhirnya Yuliana dan Elizabeth mau mengikuti jejak saya, masuk Islam.

Saya bangga dan bersyukur kepada Allah Walaupun saya tak pernah memaksa anak-anak masuk Islam, tapi karena kesadaran sendiri, mereka akhirnya masuk Islam. Si bungsu yang keras dan benci terhadap agama Islam pun tiba-tiba berubah sikap dan mau masuk Islam. Alangkah bahagianya had saya. Semua anak-anak saya telah memilih jalan yang benar.

Semangat beragama dan kecintaan saya kepada Islam bertambah dalam. Apalagi berkat bantuan Prof-Dr. H. Nasir Nessa yang memberikan kesempatan kepada saya menunaikan ibadah haji. Berbagai kemudahan saya dapatkan di Tanah Suci. Antara lain, saya dapat dengan mudah mencium Hajar Aswad. Tak lupa, saya pun mendoakan seluruh keluarga saya agar dibukakan pintu hatinya menerima kebenaran Islam.
Kecewa

Setelah bertahun tahun melakukan pendalaman terhadap Islam, akhirnya-saya menemukan kebenaran yang hakiki (sejati) itu di dalam Islam. Namun, saya sempat kecewa setelah masuk Islam. Saya melihat umat Islam menganut agamanya semata-mata karena faktor keturunan, sehingga wujud pengamalannya masih minus. Islam semata-mata hanya simbol, tanpa diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari. Saya benar-benar kecewa dan tak menyangka kalau umat Islam ternyata masih banyak yang tidak memahami ajaran agamanya secara benar.

Kekecewaan itu muncul, barangkali lantaran saya yang mualaf ini terlalu berharap banyak dari umat Islam. Ternyata, semua harapan itu sirna. Banyak umat Islam tak menghargai agamanya. Padahal, saya sebelum masuk Islam bertahun-tahun mengembara, berguru dari satu tempat ke tempat lain, demi membuktikan kebenaran yang ada di dalam Islam. Mengapa umat Islam sendiri tak bangga terhadap agamanya? Bukankah Islam agama suci? tapi akhirnya saya sadar bahwa itu semua kembali kepada pribadi masing-masing, yang jelek hanya sebagian kecil, masih banyak pribadi-pribadi ummat Islam yang patut dicontoh dan jadi panutan karena pada dasarnya Islam adalah agama yang Suci dan hakiki.

Akhirnya saya benar-benar bersyukur betapa nikmatnya hidup dalam panji Islam yang penuh rahmat dan hidayah Allah SWT. Saya pun bersyukur karena setiap menjelang Lebaran, saya bersama tiga orang anak saya bersama-sama melakukan shalat Idul Fitri di Lapangan Karebosi, Makassar. Padahal, sebelum mereka masuk Islam, saya terkadang merasa sunyi, karena merayakan Hari Raya suci ini seorang diri.

Kini, saya mengabdi di Universitas Hasanuddin Makassar sebagai dosen yang tiap hari bergaul di tengah mahasiswa dan sesekali berdialog tentang Islam. Saya bangga dapat mengabdi di sebuah almamater yang sangat menghargai pendapat orang lain.

Sumber: http://hasyimibrahim.wordpress.com/

Wednesday, April 6, 2011

BERNARD NABABAN MANTAN PENDETA : RAGU PADA ISI ALKITAB

Menjadi seorang pendeta adalah harapan kedua orang tuanya.
Bermula dari rencana melakukan misi diperkampungan Muslim, berlanjut pada memenuhi tawaran dialog dengan para tokoh masyarakat muslim, namun akhirnya kehendak Allah SWT mengantarkan Bernard Nababan pada Hidayah Islam. Bahkan, ia akhirnya menjadi juru dakwah dalam agama Islam.

Saya lahir di Tebing Tinggi, Sumatra Utara, 10 November 1966. Saya anak ke-3 dari tujuh bersaudara. Kedua orang tua memberi saya nama Bernard Nababan. Ayah saya adalah seorang pendeta Gereja HKBP (Huria Kristen Batak Protestan) di Sumatra Utara. Sedangkan, ibu seorang pemandu lagu-lagu rohani di gereja. Sejak kecil kami mendapat bimbingan dan ajaran-ajaran kristiani. Orang tua saya sangat berharap salah seorang dari kami harus menjadi seorang pendeta. Sayalah salah satu dari harapan mereka.

Kemudian, saya disekolahkan di lingkungan yang khusus mendidik para calon pendeta, seperti Sekolah Pendidikan Guru Agama (PGA) Kristen. Lalu berlanjut pada Sekolah Tinggi Teologi (STT) Nomensen, yaitu sekolah untuk calon pendeta di Medan. Di kampus STT ini saya mendapat pendidikan penuh. Saya wajib mengikuti kegiatan seminari. Kemudian, saya diangkat menjadi Evangelist atau penginjil selama tiga tahun enam bulan pada Gereja HKBP Sebagai calon pendeta dan penginjil pada Sekolah Tinggi Teologi, saya bersama beberapa teman wajib mengadakan kegiatan di luar sekolah, seperti KKN (Kulah Kerja Nyata).

Tahun 1989 saya diutus bersama beberapa teman untuk berkunjung ke suatu wilayah. Tujuan kegiatan ini, selain untuk memberi bantuan sosial kepada masyarakat, khususnya masyarakat muslim, juga untuk menyebarkan ajaran Injil. Dua prioritas inilah yang menjadi tujuan kami berkunjung ke perkampungan muslim. Memang, sebagai penginjil kami diwajiban untuk itu. Sebab, agama kami (Kristen) sangat menaruh perhatian dan mengajarkan rasa kasih terhadap sesamanya.

Berdialog

Dalam kegiatan ini saya sangat optimis. Namun, sebelum misi berjalan, saya bersama teman-teman harus berhadapan dulu dengan para pemuka kampung. Mereka menanyakan maksud kedatangan kami. Kami menjawab dengan terus terang. Keterusterangan kami ini oleh mereka (tokoh masyarakat) dijawab dengan ajakan berdialog. Kami diajak ke rumah tokoh masyarakat itu. Di sana kami mulai berdialog seputar kegiatan tersebut. Tokoh masyarakat itu mengakui, tujuan kegiatan kami tersebut sangat baik. Namun, ia mengingatkan agar jangan dimanfaatkan untuk menyebarkan agama. Mereka pada prinsipnya siap dibantu, tapi tidak untuk pindah agama.

Agama Kristen, masih menurut tokoh masyarakat itu, hanya diutus untuk Bani Israel (orang Israel) bukan untuk warga di sini, Kami hanya diam. Akhirnya, tokoh masyarakat itu mulai membuka beberapa kitab suci agama yang kami miliki, dari berbagai versi. Satu per satu kelemahan Alkitab ia uraikan. la juga membahas buku Dialog Islam-Kristen antara K.H. Baharudin Mudhari di Madura dengan seorang pendeta.

Dialog antara kami dan tokoh masyarakat tersebut kemudian terhenti setelah terdengar azan magrib. Kemudian, kami kembali ke asrama sebelum kegiatan itu berlangsung sukses. Dialog dengan tokoh masyarakat tersebut terus membekas dalam pikiran saya. Lalu, saya pun membaca buku Dialog Islam Kristen tersebut sampai 12 kali ulang. Lama-kelamaan buku itu menpengaruhi pikiran saya. Saya mulai jarang praktek mengajar selama tiga hari berturut-turut. Akhirnya, saya ditegur oleh pendeta. Pendeta itu rupanya tahu saya berdialog dengan seseorang yang mengerti Alkitab. "Masa' kamu kalah sama orang yang hanya tahu kelemahan Alkitab. Padahal kamu telah belajar selama 3,5 tahun. Dan kamu juga pernah mengikuti kuliah seminari," katanya dengan nada menantang dan sinis.

Kabur dari Asrama

Sejak peristiwa itu, saya jadi lebih banyak merenungkan kelemahan-kelemahan Alkitab. Benar juga apa yang dikatakan tokoh masyarakat itu tentang kelemahan kitab suci umat Kristen ini. Akhirnya saya putuskan untuk berhenti menjadi calon pendeta. Saya harus meninggalkan asrama. Dan pada tengah malam, dengan tekad yang bulat saya lari meninggalkan asrama. Saya tak tahu harus ke mana. Jika pulang ke rumah, pasti saya disuruh balik ke asrama, dan tentu akan diinterogasi panjang lebar.

Kemudian saya pergi naik kendaraan, entah ke mana. Dalam pelarian itu saya berkenalan dengan seorang muslim yang berasal dari Pulau Jawa. Saya terangkan kepergian saya dan posisi saya yang dalam bahaya. Oleh orang itu, saya dibawa ke kota Jember, Jawa Timur. Di sana saya tinggal selama satu tahun. Saya dianggap seperti saudaranya sendiri. Saya bekerja membantu mereka. Kerja apa saja. Dalam pelarian itu, saya sudah tidak lagi menjalankan ajaran agama yang saya anut. Rasanya, saya kehilangan pegangan hidup.

Selama tinggal di rumah orang muslim tersebut, saya merasa tenteram. Saya sangat kagum padanya. Ia tidak pemah mengajak, apalagi membujuk saya untuk memeluk agamanya. la sangat menghargai kebebasan beragama. Dari sinilah saya mulai tertarik pada ajaran Islam. Saya mulai bertanya tentang Islam kepadanya. Olehnya saya diajak untuk bertanya lebih jauh kepada para ulama. Saya diajak ke rumah seorang pimpinan Pondok Pesantren Rhoudhotul 'Ulum, yaitu K.H. Khotib Umar.

Kepada beliau saya utarakan keinginan untuk mengetahui lebih jauh tentang ajaran Islam. Dan, saya jelaskan perihal agama dan kegiatan saya. Tak lupa pula saya jelaskan tentang keraguan saya pada isi Alkitab yang selama ini saya imam sebagai kitab suci, karena terdapat kontradiksi pada ayat-ayatnya. Setelah saya jelaskan kelemahan Alkitab secara panjang lebar, K.H. Khotib Umar tampak sangat terharu. Secara spontan beliau merangkul saya sambil berkata, "Anda adalah orang yang beruntung, karena Allah telah memberi pengetahuan pada Anda, sehingga Anda tahu bahwa Alkitab itu banyak kelemahannya."

Setelah itu beliau mengatakan, jika ingin mempelajari agama Islam secara utuh, itu memakan waktu lama. Sebab, ajaran Islam itu sangat luas cakupannya. Tapi yang terpenting, menurut beliau adalah dasar-dasar keimanan agama Islam, yang terangkum dalam rukun iman.

Masuk Islam

Dari uraian K.H. Khotib Umar tersebut saya melihat ada perbedaan yang sangat jauh antara agama Islam dan Kristen yang saya anut. Dalam agama Kristen, saya mengenal ada tiga Tuhan (dogma trinitas), yaitu Tuhan Bapak, Tuhan Anak, dan Roh Kudus. Agama Kristen tidak mempercayai kerasulan Muhammad SAW, Bahkan, mereka menuduhnya tukang kawin. Mereka juga hanya percaya kepada tiga kitab suci, Taurat, Zabur, dan Injil.

Ajaran Kristen tidak mempercayai adanya siksa kubur, karena mereka berkeyakinan setiap orang Kristen pasti masuk surga. Yang terpenting bagi mereka adalah tentang penyaliban Yesus, yang pada hakekatnya Yesus disalib untuk menebus dosa manusia di dunia.

Penjelasan K.H. Khotib Umar ini sangat menyentuh hati saya. Penjelasan itu terus saya renungkan. Batin saya berkata, penjelasaan itu sangat cocok dengan hati nurani saya. Lalu, kembali saya bandingkan dengan agama Kristen. Ternyata agama Islam jauh lebih rasional (masuk di akal) daripada agama Kristen yang selama ini saya anut. Oleh karena itu saya berminat untuk memeluk agama Islam.

Keesokan harinya, saya pergi lagi ke rumah KH. Khotib Umar untuk menyatakan niat masuk Islam. Beliau terkejut dengan pernyataan saya yang sangat cepat. Beliau bertanya, "Apakah sudah dipikirkan masak-masak?" "Sudah," suara saya meyakinkan dan menyatakan diribahwa hati saya sudab mantap.

Lalu beliau membimbing saya untuk mengucapkan dua kalimat syahadat. Sebelum ikrar saya ucapkan, beliau memberikan penjelasan dan nasehat. Di antaranya, "Sebenarnya saat ini Anda bukan masuk agama Islam, melainkan kembali kepada Islam. Karena dahulu pun Anda dilahirkan dalam keadaan Islam. Lingkunganmulah yang menyesatkan kamu. Jadi, pada hakikatnya Islam adalah fitrah bagi setiap individu manusia. Artinya, keislaman manusia itu adalah sunnatullah, ketentuan Allah. Dan, menjauhi Islam itu merupakan tindakan irrasional. Kembali kepada Islam berarti kembali kepada fitrahnya," ujar beliau panjang lebar. Saya amat terharu. Tanpa terasa air mata meleleh dari kedua mata saya.

Sehari setelah berikrar, saya pun dikhitan. Nama saya diganti menjadi Syamsul Arifin Nababan. Saya kemudian mendalami ajaran Islam kepada K.H. Khotib Umar dan menjadi santrinya. Setelah belajar beberapa tahun di pondok pesantren, saya amat rindu pada keluarga. Saya diizinkan pulang. Bahkan, beliau membekali uang Rp 10.000 untuk pulang ke Sumatra Utara.

Dengan bekal itu saya akhirnya berhasil sampai ke rumah orang tua. Dalam perjalanan, banyak kisah yang menarik yang menunjukkan kekuasaan Allah. Sampai di rumah, ibu, kakak, dan semua adik saya tidak lagi mengenali saya, karena saya mengenakan baju gamis dan bersorban. Lalu, saya terangkan bahwa saya adalah Bernard Nababan yang dulu kabur dari rumah. Saya jelaskan pula agama yang kini saya anut. Ibu saya amat kaget dan shock. Kakak-kakak saya amat marah. Akhirnya saya diusir dari rumah.

Usiran merekalah yang membuat saya tegar. Saya kemudian pergi ke beberapa kota untuk berdakwah. Alhamdulillah, dakwah-dakwah saya mendapat sambutan dari saudaraudara kaum muslimin. Akhirnya saya terdampar di kota Jakarta. Aktivitas dakwah saya makin berkembang. Untuk mendalami ajaran-ajaran agama, saya pun aktif belajar di Ma'had al-Ulum al-Islamiyah wal abiyah atau UPIA Jakarta.

MIRZA RIADIANI KESUMA (CHICHA KOESWOYO) Mendapat Hidayah dari suara Azan

Nama Mirza Riadiani barangkali memang tidak dikenal. Tetapi nama penyanyi cilik yang mencuat di tahun 70-an lewat lagu "Helly" nama seekor anjing kecil, pasti semua orang sudah dapat menebaknya. Ya. siapa lagi kalau bukan Chicha Koeswoyo yang sekarang lebih dikenal sebagai wanita karier. Chicha sekarang memang Direktur PT Chicha Citrakarya yang bergerak di bidang Interior Design, Enterprise, Grafic Design, dan Landscape. Yang jelas perbedaan antara Chicah cilik dan Chicha sekarang bukan pada penyanyi atau wanita karier; tetapi pada keyakinan imannya. Chicha hari ini adalah Chicha yang muslimah, yang hatinya telah terbimbing cahaya kebenaran Dinullah (Islam).
Perihal keislaman saya, beberapa majalah ibukota pernah mengakatnya. Itu terjadi tahun 1985. Singkatnya, saya tergugah mendengar suara azan dari TVRI studio pusat Jakarta.
Sebetulnya saya hampir tiap hari mendengar suara azan. Terutama pada saat saya melakukan olah raga jogging (lari pagi). Saat itu, saya tidak merasakan getaran apapun pada batin saya. Saya memperhatikannya sepintas lalu saja.
Tetapi, ketika saya sedang mempunyai masalah dengan papa saya, saya melakukan aksi protes dengan jalan mengurung diri di dalam kamar selama beberapa hari. Saya tidak mau sekolah. Saya tidak mau berbicara kepada siapapun. Saya tidak mau menemui siapapun. Pokoknya saya ngambek.
Pada saat saya mengurung diri itulah, saya menjadi lebih menghabiskan waktu menonton teve. Kurang lebih pulul 18.00 WIB. siara teve di hentikan sejenak untuk mengumandangkan azan magrib.
Biasanya setiap kali disiarkan azan magrib, pesawat teve langsung saya matikan. Tetapi pada saat itu saya betul-betul sedang malas, dan membiarkan saja siaran azan magrib kumandang sampai selesai. Begitulah sampai berlangsung dua hari.
Pada hari ketiga, saya mulai menikmati alunan azan tersebut. Apalagi ketika saya membaca teks terjemahannya di layar teve. Sungguh, selama ini saya telah lalai, tidak perhatikan betapa dalam arti dari panggilan azan tersebut.
Saya yang sedang bermasalah seperti diingatkan, bahwa ada satu cara untuk meraih kesuksesan hidup di dunia dan di akhirat kelak, yaitu dengan shalat. Di sisi lain, suara azan yang mengalun syahdu, sanggup menggetarkan relung hati saya yang paling dalam. Hati saya yang resah, seperti di sirami kesejukan. Batin terasa damai dan tenteram.
Kebetulan meskipun beragama kristen, tetapi saya sekolah di SMA Yayasan Perguruan Islam Al-Azhar Kebayoran Baru. Sejak peristiwa itulah saya menjadi sering merenung dan memperhatikan teman-teman yang melaksanakan shalat di Masjid Agung Al-Azhar yang memang satu kompleks dengan sekolah saya.
Saya pun mulai sering berdiskusi dengan teman-teman sekelas, terutama dengan guru agam saya Bp Drs. Ajmain Kombeng. Beliau orang yang paling berjasa mengarahkan hidup dan keyakinan saya, sehingga akhirnya saya membulatkan tekat untuk memeluk agama Islam. Apalagi menurut silsilah, keluarga kami masih termasuk generasi kedelapan keturunan (trah) Sunan Muria.
Alhamdulillah, rupanya, masuk islamnya saya membawa berkah bagi keluarga saya dan keluarga besar Koeswoyo. Tahun 1986, saudara sepupu saya, Sari Yok Koeswoyo, mengikuti jejak saya ke jalan Allah. Bahkan di awal 1989, adik kandung saya, Hellen, telah berikrar mengucapkan dua kalimat syahadat. Alhamdulillah, tidak ada masalah yang berarti dengan keluarga kami.
Dengan Islamnya Hellen, saya merasa mempunyai teman untuk berkompetisi mendalami ajaran Islam. Pada setiap Kamis sore, ba'da shalat ashar, kami berdua tekun mendalami Islam kepada seorang guru mengaji yang datang kerumah. Sekarang ini saya sedang tekun mempelajari Al-Qura'an. Meskipun saya akui masih rada-rada susah.

Dari hasil pengkajian saya terhadap Islam dan Al-Qur'an, saya berpendapat bahwa semua permasalah yang ada didunia ini, jawabannya ada di dalam Al-Qur'an. Sebagai orang yang baru merintis usaha, saya tentu pernah mengalami benturan-benturan bisnis. Jika kegagalan dikembalikan kepada takdir Allah, maka insya Allah akan ada hikmahnya. Menurut saya, manusia boleh saja merencanakan seribu satu planning, tetapi yang menentukan tetap yang di atas (Allah SWT).

Dakwah di Australia

Setalah tamat di SMU Al-Azhar Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, tahun 1987 saya melanjutkan kuliah di Stamford Colege, mengambil jurusan Managerial Principples. Selama satu tahun setengah, saya bermukim di Negeri Kanguru, Australia. Setelah itu, selama setahun saya bermukim di Singapura, masih di lembaga yang sama, Stamford College Singapore.
Selama di Australia, saya mempunyai pengalaman menarik. Misalnya, kalau saya ingin shalat berjamaah ke masjid maka saya harus ke daerah Lucinda di negara bagian Queensland. Jauhnya sama antara Jakarta-Puncak, sekitar 90 km.
Sewaktu saya shalat di apartemen, sahabat akrab saya orang Australia, memarihai saya. "Ngapain kamu menyembah-nyembah begitu," katanya bersungut sungut. Lalu saya jawab, "Sekarang saya jauh lebih tenang daripada tadi, dari pada 5-10 menit yang lalau. "Setelah itu, kami terlibat diskusi serius tentang perbedaan Islam dan Kristen.
Alhamdulilah, sejak saat itu kawan saya tampak serius mempelajari Islam. Meskipun sampai saat ini, saya tidak tahu lagi apakah ia sudah masuk Islam atau belum. Tapi buat saya sendiri, peristiwa itu memberikan kesan yang cukup dalam. Meskipun kecil, terapi terasa telah berbuat sesuatu yang berarti bagi diri saya dan agama saya, Islam.
Saya di lahirkan di Jakarta, 1 Mei 1968, putri sulung Nomo Koeswoyo, pencipta lagu terkenal sekaligus produser rekaman. Setelah selesai studi di Australia dan Singapura, saya melanjutkan di John Robert Power Jakarta, mengambil program Public Relation.
Semua hanya rahmat Allah. Sebagai probadi saya juga ingin sukses. Saya ingin juga mengabdi diri, supaya dapat menikmati kebahagian hidup. Soal materi bagi saya ternyata tidak ada apa-apanya. Toh, kita menghadap Allah hanya dengan kain kafan dan amal.

Chicha Koeswoyo Sedang 'Transit'

imageJumat, 16 Agustus 2002 : Siapa yang tidak kenal Chicha Koeswoyo? Bagi mereka yang pada tahun 1980-an seusia murid TK atau SD, Chica adalah idola. Namanya, untuk masa kini, bisa disejajarkan dengan sederet penyanyi cilik yang sedang beken seperti Sherina, Tasya, dan Miesy.
Lagu-lagu Chica seperti Helly dan Senam Pagi menjadi 'nyanyian wajib' buat anak-anak saat itu. Nama bekennya itulah yang kemudian juga mengantarkannya sebagai pemain film. Minimal tiga judul film telah dibintanginya: Kartini, Chica, dan Break Dance. Sebuah terbitan untuk anak-anak bahkan memakai namanya. Di situ ia duduk sebagai pengasuh tanya jawab dengan sobat-sobat kecilnya.
Ya, itu dulu. Seiring dengan pertumbuhannya menjadi remaja dan kemudian seorang gadis cantik, ia justru menepi dari kehidupan glamor. Apalagi saat itu ia mulai merasakan nikmatnya menjalankan ajaran agama. Sejak itu secara pelan ia pun surut dari kehidupan selebritis.
Dan, ketika ia kemudian melanjutkan pendidikan di Australia dan lalu Singapura, nama putri sulung Nomo Koeswoyo, salah satu dedengkot Koes Bersaudara, ini pun seolah 'ditelan bumi'. Nama Chica tak lagi mewarnai lembaran dunia showbiz di tanah air.
Namun, menurut Mirza Riadiani Kesuma -- nama asli Chica Koeswoyo --, ia tak menyesali meninggalkan lingkungan dunia selebritis. Semua itu ia lakukan dengan kesadaran. Dan sejak pulang ke Indonesia, sosok Chica pun berubah total.
Kini ibu dua anak ini lebih sering tampak di forum-forum pengajian. Pengajian yang rutin didatangi adalah di tempat ibu mertua dan kakak ipar.''Saya haus dan butuh informasi aktual tentang ajaran agama karena hidup memang harus berubah. Kalau tidak, kita akan jalan di tempat,'' kata mantan artis cilik ini.
Baginya, kehidupan dunia ini hanyalah terminal, dan ia mengaku sedang transit di terminal itu.''Yang kekal itu nanti, di akhirat,'' tuturnya.
Menurut Chicha, hidup ini perlu keseimbangan.''Memang kita berjuang untuk hidup, tapi ibadah juga jangan dilupakan. Apalagi hidup di kota besar hampir setiap orang berambisi akan materi. Karena itu, harus ada balance,'' tutur wanita yang ingin jadi entrepreneur ini.

Chicha merasa dunia ini sudah semakin tua dan seharusnya hal yang negatif dihindari. Ada kecemasan terhadap kehidupan di kota. Alangkah lebih baik, lanjut wanita yang mengaku sangat menikmati menjadi orang biasa ini, hidup diisi dengan hal yang positif daripada yang mubazir.
Agar hidup bisa sejahtera, ujarnya, tiap manusia harus berupaya hidup lurus, tidak saling menzalimi.''Hal ini bisa diterapkan dalam keluarga dan tetangga dengan memahami cara berfikir mereka,'' kata anak pertama dari tiga bersaudara ini.
Sebagai ibu rumah tangga, Chica menuturkan semua pedoman tentang hidup yang didapatkannya itu kini ingin juga ditularkan kepada keluarganya, khususnya kepada anak-anaknya. Ini, katanya, karena anak-anak akan meniru apa yang dilakukan orangtuanya.''Orang tua adalah figur yang akurat bagi anak-anak,'' ujar mantan penyanyi cilik yang lincah melantunkan lagu 'heli, guk guk guk' itu.
Bila Chicha sedang shalat jamaah bersama suami, anak pertamanya yang masih berusia tiga tahun akan diam, dan terkadang mengikuti apa yang dilakukan kedua orang tuanya -- ikut berdoa, dzikir, dan menunggu saling cium tangan.
Mantan pelantun lagu anak-anak ini mengaku sering melakukan tafakur. Biasanya, sehabis shalat Isya dan setelah menidurkan kedua anaknya.''Saya senang bertafakur di saat suasana hening,'' katanya.
Chica menyadari, apa yang dijalaninya kini belumlah sempurna sebagai seorang muslimat. Namun, katanya, ia selalu berupaya menuju ke sana. Sebagai misal, meski ia belum selalu memakai pakaian yang menutup seluruh aurat, tapi ia berupaya berpakaian sopan.
Sejak menikah, ujar wanita kelahiran Jakarta 1 Mei 1968, memakai baju ketat tidak cocok lagi.''Rasanya tidak enak saja berpakaian seperti itu,'' tegas pengagum cendekiawan Muslim Nurcholish Madjid ini.
Chicha mengatakan sangat mengsyukuri apa yang didapatkannya dalam hidup ini. Apalagi, katanya, Allah masih memberikan umur yang panjang sehingga ada kesempatan untuk berbuat amal kebaikan. Ia pun selalu berdoa agar anak-anak dan keluarganya dari hari ke hari diberi keselamatan.''Bila ada apa-apa, saya akan pasrahkan semua kepada Allah,'' ujarnya.
Menurutnya, pada waktu-waktu tertentu ia selalu berintrospeksi mengenai kekurangan apa saja yang telah diperbuat hari ini. Bila ada kesalahan pada Allah ia akan minta ampun. Bila ada kesalahan kepada orang lain, ia juga akan minta maaf kaena manusia memang tidak luput dari kesalahan.
Menurut pemilik nama asli Mirza Riadiani Koeswoyo, karena manusia tidak mengetahui rencana Allah selanjutnya, maka dia berharap senantiasa diberi kesadaran penuh dalam menghadapi hidup ini.''Jangan sampai tidak diberi kesabaran menghadapi cobaan hidup,'' ungkap Chicha yang mengaku sering ditawari manggung dan main sinetron.
Biasanya, lanjut putri pasangan Nomo Koeswoyo dan Francisca, bila doanya mendapat keridhoan Allah, esok harinya seperti ada jalan yang terbentang lebar.''Saya akan tambah bersyukur,'' kata Chicha yang mengaku kehidupan sehari-harinya dijadikan inspirasi oleh Nomo Koeswoyo, ayahnya.
Kini, setelah melakukan umrah di tahun 1992, Chica berkeinginan untuk dapat melaksanakan kewajiban ibadah haji. Sayangnya, ketika niat dia dan suaminya sudah bulat, ada saja rintangannya. Kebetulan sekarang ini ia sedang mengandung anak ketiganya.''Mudah-mudahan Allah memberikan jalan,'' doa pengelola Kedai Bunga ini.
Namun, ia melanjutkan, untuk mencapai kehidupan akhirat yang baik harus dilalui dengan kehidupan dunia yang baik pula. Kehidupan dunia yang tidak baik, katanya, akan menyesatkan manusia dari jalan lempang

Tuesday, April 5, 2011

Mualaf Catherine, Syiarkan Islam Dengan Kecerdasan

"Jika kau bertanya padaku pada usia 16 apakah aku ingin menjadi seorang Muslim, aku akan berkata," Tidak, terima kasih. Agamaku adalah minum-minum, berpesta dan aku nyaman dengan teman-temanku," ujar Catherine Heseltine, sambil menggeleng-gelengkan kepala.

Tumbuh di London Utara, Catherine tidak pernah mempraktikkan agama apapun di rumahnya. Besar dalam lingkungan kelas menengah terpelajar, agama bagi keluarga ini dianggap "sedikit kuno dan tidak relevan".

Hingga suatu hari, guru sekolah tumbuh kembang ini bertemu seorang pemuda bernama Syed. Pemuda ini, diakuinya, beda dengan laki-laki yang pernah dikenalnya. "Ia menantang semua prasangkaku tentang agama. Dia masih muda, Muslim, sangat percaya pada Tuhan - dan sialnya, ia sangat "normal", sama seperti pria seusianya. Satu-satunya perbedaan adalah bahwa, tidak seperti kebanyakan pemuda Inggris, dia tidak pernah minum minuman keras."

Bagi Catherine, diskusi-diskusi dengan Syed membuatnya seperti ditampar. Menurutnya, seorang penganut agnotism akan menyadari bahwa menjadi pribadi tanpa agama adalah juga sebuah keyakinan; yakin Tuhan tak ada. "Kalau bagiku, bahkan Tuhan ada tidak pun, aku tak pernah peduli."

Setahun kemudian, ia jungkir balik dengan pemikirannya. Sampai akhirnya diam-diam ia menyadari, mulai jatuh hati pada Syed dan Islam. Entah ia jatuh hati lebih dulu pada Islam kemudian baru Syed, atau sebaliknya. Yang jelas, ia yang makin penasaran kian rajin membaca buku-buku keislaman.

Apa yang paling menarik perhatiannya dari semua literatur yang dibacanya? "Alquran. Kitab ini sangat menarik dari sisi intelektual, sisi emosional, dan spiritual. Aku menyukai penjelasannya tentang alam semesta dan menemukan bahwa 1.500 tahun yang lalu, Islam telah memberikan hak-hak perempuan yang tak dimiliki di sini, di dunia Barat ini. Aku makin yakin Alquran betul-betul sebuah wahyu."

Namun, menyatakan keislaman, dia belum sanggup. Baginya, berislam bukan sekadar bersyahadat, atau demi mendapatkan apa yang kita inginkan -- dalam konteks Catherine adalah mendapatkan Syed sebagai suaminya. "Agama ini benar-benar cool. Tapi selama tiga tahun aku menyimpan minat dalam Islam untuk diriku sendiri," ujarnya.

Sampai kemudian, timbul keberanian untuk bersyahadat saat kuliah di tahun pertama. Di tahun yang sama, karena alasan tak ingin berlama-lama pacaran, ia memutuskan menikah. "Reaksi awal Ibuku adalah, "tidak dapatkah kau hidup bersama saja dengannya tanpa menikah?" Bagi ibuku ia agak keberatan," tambahnya.

Bagi ibunya, rumah tangga Muslim adalah rumah tangga yang menindas istri. Namun ia sudah bulat tekadnya. "Kini aku sudah lima tahun lebih menjadi Nyonya Syed dan ibuku tak menemukanku dirantai di dapur," ujarnya terbahak-bahak.

Beda dengan Joanne atau Sukina (kisahnya ditulis di Republika Online dalam serial ini) yang berjilbab begitu bersyahadat, Catherine pada awal keislamannya belum sepenuhnya berjilbab. Di acara-acara keagamaan, ia mengenakan jilbab. Namun dalam kesehariannya, dia mengenakan bandana atau topi untuk menutupi rambutnya.

Ia beralasan, sengaja tampil demikian untuk menarik perhatian ketika tengah berada di rumah makan, tempat belanja, atau dimanapun ia berada di luar rumah. Ketika orang bertanya, maka akan mudah baginya untuk bercerita tentang Islam.

"Sepertiku, aku ingin orang bertahap mengadopsi ajaran Islam. Aku juga ingin orang menilaiku pertama kali dari kecerdasan dan karakterku, bukan agamaku. Ini aku sebut sebagai syiar." (Republika.co.id)

William Suhaib Webb, Mualaf yang Menjadi “Duta” Islam di AS

Sebagai seorang mualaf, William Suhaib Webb mengakui tidak gampang baginya hidup di tengah masyarakat non-Muslim di AS. Namun ia berusaha untuk menunjukkan citra Islam yang sebenarnya dan menciptakan kehidupan beragama yang harmonis di tengah makin menguatnya kecurigaan dan Islamofobia di kalangan masyarakat AS.

“Sebagai mualaf yang masih berusia muda, saya tidak sepenuhnya nyaman untuk menjadi siapa saya yang sebenarnya. Saya mengadopsi budaya berbeda, dan saya tidak dibesarkan dengan budaya itu,”" kata Webb dalam wawancara telepon dengan Reuters.

Webb yang kini berusia 38 tahun, masuk Islam di awal tahun 1990-an. Keinginannya yang besar untuk menggali ilmu tentang Islam, membuatnya memutuskan untuk pergi ke Timur Tengah.

“Saya datang ke Timur Tengah dengan euforia yang tinggi dan konsep-konsep yang utopis,” tutur Webb yang sekarang menjadi imam di sebuah masjid di AS dan mengelola situs untuk anak muda Muslim.

Webb belajar syariah Islam di Universitas Al-Azhar, Mesir. Saat belajar di Al-Azhar ia menyadari ada kesalahpahaman yang salah tentang agama Islam yang baru dipeluknya. “Begitu saya belajar syariah, saya mulai menyadari bahwa … wah, saya sudah salah memahaminya, dan saya benar-benar ingin merasa nyaman dengan siapa saya dan dengan merangkul diri saya sebagai seorang pribadi manusia,” tukas Webb.

Semangatnya mempelajari Islam dan aktivitasnya sebagai seorang mualaf, terutama di kalangan anak muda selama lebih dari satu dekade, membuahkan hasil dan pada tahun 2010, Webb terpilih sebagai salah satu dari 500 orang “Most Influential Muslims in the World” oleh sebuah lembaga think-tank Islam di AS.

Selain membina anak-anak muda Muslim, Webb juga dikenal sebagai sosok yang membela hak-hak kaum perempuan dan aktif melibatkan komunitas agama dalam berbagai kegiatan.

Webb menyatakan, radikalisasi tumbuh subur di AS ketika Muslim dan non-Muslim sama-sama meyakini bahwa Islam tidak sesuai dengan Amerika. “Muslim adalah bagian dari kekayaan budaya AS dan sudah menjadi bagian dari budaya kita lebih dari …siapa yang tahu berapa lam,” imbuh Webb.

Ia tidak menutup kemungkinan adanya ekstrimis yang membujuk anak-anak muda Muslim, menyesatkan mereka dari ajaran Islam yang sebenarnya. Di sisi lain, anak-anak muda Muslim juga diasingkan oleh non-Muslim karena pandangan mereka yang salah tentang Islam dan Muslim.

Isu radikalisme Muslim di AS mencuat kembali ketika Komite Dewan Keamanan Dalam Negeri Kongres AS menggelar rapat dengar pendapat tentang radikalisasi di kalangan Muslim AS yang digagas senator Peter King.

Keith Ellison, muslim pertama AS yang menjadi anggota Kongres mengecam rapat dengar pendapat itu dan meyatakan King secara tidak adil sudah menyamaratakan semua Muslim atas tindakan yang dilakukan segelintir Muslim radikal.

Isu Islam dan Muslim makin panas di AS, menyusul maraknya sikap antisyariah Islam di AS. Sedikitnya 13 negara bagian di AS menyatakan menolak penerapan syariah Islam. Belum lagi polemik rencana pembangunan masjid dan Islamic Center di dekat Ground Zero yang baru saja mereda.

Menurut Webb, semua permasalahan itu muncul karena kesalahpahaman sebagian besar masyarakat AS terhadap Islam dan Muslim. “Muslim Amerika, mau tidak mau harus bersentuhan dengan budaya Amerika, agar bisa memberikan jawaban pada budaya Amerika, tentang persoalan dalam budaya Amerika,” tukasnya. (ln/oi)

Sumber: http//:koranmuslim.com